Minggu, 28 Agustus 2016

Cebisan Renungan : Susu Coklat, Papa dan Senyum Mereka

         

       Beberapa hari yang lalu, aku mengeluh dengan papa melalui telepon. Sepanjang tahun ini, aku selalu sakit setiap bulannya. Dan papa bilang, "Kalo sakit minum susu. Beli susu Yak*lt dalam seminggu beli yang satu paket itu. Minum dua botol per hari. Kalo pusing, beli susu Ult* coklat.". "Iya papa, Danti beli nanti, emang Danti akhir-akhir ini jarang minum susu.". "Iya.. apa gak ada uang ya?" tanya papa. "Ada pa, tapi dihemat, kan Danti belum penelitian dan lain-lain.". "Belilah susu itu! Jangan lupa baca bismillah, syukuri atas nikmat susu yang diminum itu sama Alloh dan doa.. doa semoga Alloh tambah lagi rezeki kita.", "Jangan pelit-pelit sama diri sendiri!".

          Sepenggal nasihat dari papa itu sekarang aku kerjakan. Dan malam ini, minum susu coklat begitu sangat amat terasa nikmat. MasyaAlloh saat susu coklat itu menyentuh setiap bagian sel-sel sensitif dari rongga mulutku. Fabiayyi alaa irobbikuma tukadzdziban? Seketika teringat waktu SMP di Depok beberpa tahun lalu. Setiap bulan papa selalu mengajak untuk belanja bulanan ke salah satu supermart yang besar di Depok. Dan papa selalu membelikan susu bantal re*lg*od yang sedang in saat itu. Susu kesukaanku adalah rasa coklat. 




         Kemudian teringatlah aku dengan tekad bulatku saat memilih masuk kuliah jurusan Teknologii Hasil Pertanian Universitas Sriwijaya tahun 2012 lalu. Aku bertekad untuk menjadi salah satu solusi untuk memperbaiki gizi anak-anak di Indonesia. Dari awal aku merasa tidak salah jurusan, hanya saja.. mentalku yang memble  saat itu. Ditambah shock culture dimana aku pernah cuti belajar selama 1 tahun. Membuat aku tidak bisa mencetak nilai terbaik di kelas, meski nilaiku juga tidak hancur-hancur juga. Aku capai itu semua dengan berusaha untuk tidak mencontek. Aku masih penasaran... sampai batas mana sebenarnya potensi yang ada di diriku? Potensi yang selalu aku merasa belum pernah kutotalitaskan. 

             Malam ini, sampai sekitar 5 menitan aku menghayati dan menikmati susu coklat ukuran sedang ini. Aku berdoa pada Alloh, "Ya Alloh.. aku syukuri segala nikmat yang telah Kau beri. Susu coklat ini sampai di tangan hamba, di tenggorakan hamba, di lambung hamba sebelumnya ada banyak tangan dan makhlukMu yang berperan. Tolong berkahi kami semua.. Berikan hamba rezeki lagi yaAlloh.. agar bisa menikmati susu coklat lagi.. rezeki susu coklat buat papa, mama, adek, nenek dan anak-anak muslim seluruh dunia. Jadikan hamba sebagar 'makelar' rezeki dan hidayah untuk hamba-hambaMu di masa depan nanti. Hamba akan sangat senang sekali, jika suatu hari nanti, hamba bisa duduk bersama meminum susu coklat dengan anak-anak kekurangan gizi di pengungsian perang atau yang sangat amat terbatas kemampuan finansialnya. Lalu kemudian berbagi cerita tentang sahabat-sahabat Rosul atau cerita lucu penghibur lara dari hati-hati yang berkecambuk luka. Sambil memegang susu coklat di tangan, terlukis senyum dan tergelak tawa dari mulut mereka. Itu ya Alloh.. itu.. sungguh-sungguh sangat membahagiakan hamba." 
             
              Cukup di sini kuakhiri do'a panjangku. Aku harus menyelesaikan tugas akhirku. Waktu terus berjalan, aku harus bekerja lebih keras, berikhtiar lebih kuat, doa dan solat yang lebih khusyuk, dan tawakal penuh atas segala pilihanNya. Aku harus berusaha lulus tahun ini. Memenuhi janjiku pada papa tersayang. 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar