Selasa, 16 Agustus 2016

GERBANG DESTINASI

GERBANG DESTINASI
            Balutan mukena dan sejadah menjadi saksi air mata ini tumpah. Aku ingin menuntut Tuhan. Apa yang salah dengan mimpi-mimpiku? Sehina itukah aku untuk menggapai mimpi-mimpiku?. Pengumuman SNMPTN 2011 meski sudah seminggu yang lalu tetap saja menimbulkan kecewa yang amat sangat. Dan di atas sejadah selepas isyalah tempat aku menangis dan menanyakan “Apa yang salah dengan mimpiku, Tuhan?!”
            Aku memang hanyalah gadis sederhana yang bisa dibilang mempunyai mimpi-mimpi yang begitu muluk. Ah.. sudah mati rasanya hatiku ini, apabila mendengar cemoohan dan rasa tidak percaya orang lain terhadap mimpi-mimpiku. Sudah tahan banting. Aku tidak peduli dengan semua itu, yang kuingat selalu adalah melanjutkan estapet mimpi Papa. Ya.. Papa dulu sangat menginginkan untuk melanjutkan kuliah. Namun karena keterbatasan ekonomi mimpi itu hanyalah sebuah angan-angan dari seorang anak semata wayang yang broken home. Padahal Papa terbilang siswa yang cermelang.
Bagiku, Papa dan Mama adalah segalanya. Apapun mimpi mereka akan aku coba untuk wujudkan. Akan aku banggakan dan angkat derajatnya, baik di dunia maupun di akhirat. Merekalah inspirator dan motivator sepanjang hidupku. Jadi ketika mimpi estapet ini tak terwujud, bagaimana mungkin aku tidak kecewa dan marah terhadap Tuhan. Aku sempat berpikir untuk mogok ibadah dan berteriak diam di atas sejadah pada-Nya. Seminggu lebih aku berdiam diri dalam kamar, kecewa. Meski begitu, aku selalu memunculkan wajah terseyum seperti biasa dan berpositive thinking di hadapan orangtuaku. Aku tidak ingin terlihat lemah dan menyerah untuk mimpi-mimpiku dihadapan mereka.
Satu bulan lebih cukup membuatku bosan dengan suasana ini. Sementara teman-temanku yang bernasib sama denganku, memilih menyerah dan melanjutkan kuliah di tempat lain. Aku mencoba bangkit dan menyusun rencana, aku butuh bimbingan belajar untuk SNMPTN 2012. Sempat mengutarakan keinginan ini pada orangtua, tapi justru orangtua tidak ada biaya. Maka aku memutuskan untuk bekerja. Ada beberapa tawaran kerja dari mbak-mbak yang kukenal. Baby sister, pegawai toko dan sampai penjual es puter. Tak apalah kupikir, inilah pekerjaan yang setimpal dengan ijazahku. Yang penting halal. Orangtua memberi izin untuk bekerja sebagai penjual es puter yang diolah oleh temanku sendiri di suatu organisasi remaja masjid.
Hari pertama berjualan cukup membuat aku down juga rupanya. “Ya Alloh.. siswa berprestasi nomor satu di sekolah.. seorang aktivis organisasi.. jualan es puter?”. Aku malu. Ditambah lagi dengan ada beberapa pembeli yang masih SD-SMP berkata, “Ayuk.. ayuk sudah nikah ya?”. DEG! Apalagi ini? Aku hanya tersenyum kecut sambil tangan tetap menyedok es puter ke gelas-gelas kecil. Hari-hari berlalu dengan kegiatan yang sama. Awalnya menahan malu tetapi selanjutnya, aku mulai menikmati ini. Bahkan lewat ini aku, semakin banyak memiliki waktu untuk membaca buku. Pernah dalam seminggu aku mampu membaca 4-5 buku serius dan berat.
Ditengah-tengah aktivitas berjualan itu, aku mendapat tawaran untuk menjadi relawan di BAZMA (Badan Amil Zakat Pertamina) dan Rumah Zakat. Sebagi terapis dan guru mengaji. Sehabis lelah berjualan es puter dari pagi hingga siang, sore harinya aku mengajar mengaji di suatu dusun. Ini sangat mengobati harga diri. Ya.. telah dibayar tuntas dengan kebermanfaatan diri. Aku semakin aktif di organisasi dan semakin mengolah kreatifitasku dalam menghadapi anak-anak. Suara mereka yang memanggil namaku lalu saling berebut untuk menyalimiku itu rasanya sungguh luar biasa bahagia. Sedangkan kemampuan terapis sangat berguna bagiku untuk menjaga kesehatan keluarga. Jadi dokter spesialis keluarga.
 Menghadapi masyarakat secara langsung itu sangat berbeda dengan teori-teori di sekolah yang idealis. Suasana bersaing dan saling menjelekan di belakang sudah menjadi pemandangan umum yang aku lihat di tempat berdagang. Dan bisa ditebak, aku anak bawangnya. Hanya mampu senyum-senyum saat dijodoh-jodohkan dan pura-pura  mendengar apabila pembicaraan sudah melenceng ke arah ‘rumah tangga’. Cukup menjadi pendengar yang baik dan memetik pelajaran kehidupan dari mereka.
Lima bulan menjadi waktu yang cukup untukku mengumpulkan modal untuk biaya bimbingan belajar dan hidup di Palembang. Aku berhenti bekerja sebagai penjual es puter, dan mengambil cuti untuk menjadi relawan sebagai terapis dan guru mengaji. Ini pertama kalinya aku berpisah lam dengan orangtua. Dua bulan. Maka perjuangan selanjutnya anak mama ini akan segera dimulai. Dengan seorang sahabat seperjuangan yang umurnya dua tahun lebih tua diatasku kami berangkat ke Palembang dengan modal hidup pas-pasan. Menjadi parasit di kost-kostan teman. Ini untuk yang kedua kalinya aku menahan malu lagi. Disindir oleh teman kostan bahkan oleh ibu kostnya. Meski sempat ditawari Mama untuk ditambah uang agar bisa menyewa sebuah kostan tetapi aku tolak. Biarlah ini menjadi konsekuen dari pilihanku sendiri.
Alhamdulillah, Tuhan itu Maha Baik, meski dulu aku pernah menuntut-Nya, di sini aku selalu diberi kemudahan dan kekuatan. Saudari-saudari yang begitu baik dan dengan senang hati menerima kami di kostannya. Dilayani dengan baik dan selalu disupport. Aku tidak akan melupakan kebaikan mereka semua, terutama untuk si kembar. Maka perjuangan itu terasa nikmat meski pulang pergi ke tempat bimbel berjalan kaki dari pagi hingga magrib.
Tekanan mental dan nyali ciut muncul saat di tempat bimbel. Ah.. juara satu umum di sekolah itu rasanya tak ada arti apa-apa. Jangankan bersaing nasional, saat kuis saja, nilaiku berada di urutan kedua paling akhir. Bukan hanya sekali tapi berkali-kali. Dan itu ditempel di mading. Down. Meski akhirnya aku sadar, sebagian besar teman di kelas saling bekerja sama dalam mengerjakan kuis. Wajar nilai mereka bagus-bagus. Aku tetap dalam prinsipku. Aku tidak akan tahu batas kemampuanku apabila aku berlaku curang. Apapun bentuk kecurangannya. Meski nilaiku tak menjadi bagus-bagus amet tapi aku tahu kelebihanku dimana dan bagaimana cara membuatnya unggul. Akhirnya, aku punya strategi versiku sendiri untuk menghadapi SNMPTN 2012.
Semenjak itu aku fokus lagi pada bimbelku dan hari ujianpun dimulai. Segala puji bagi-Nya, aku lancar-lancar saja dalam ujian dan prediksiku aku masuk pada pilihan kedua. Saatnya aku kembali lagi ke kampung halamanku. Kembali untuk aktivitasku dan kembali untuk memenuhi undangan pernikahannya. Aku datang langsung pada akadnya dan berdoa agar beliau lancar dalam mengucapkan akad. Hingga pernikahan itupun sah.  
Seminggu setelah itu, pengumuman SNMPTN 2012 pun diumumkan. Sama seperti setahun dulu. Untuk kedua kalinya aku masuk kamar dan menguncinya. Aku tenggelam dalam sujud panjang ditemani air mata. Dan di sinilah aku sekarang memeluk mimpiku, di destinasi pertama. Gerbang impianku. Segala puji bagi Alloh, Tuhan Semesta Alam, tempat setiap hamba bergantung dan memohon pertolongan. Engkau yang memilikiku, jadikan aku ridho dengan segala keputusanmu, sehingga aku tidak mempercepat apa yang Kau perlambat dan memperlambat apa yang Kau percepat.


*PERJUANGAN DIMULAI!*




Tidak ada komentar:

Posting Komentar