GERBANG
DESTINASI
Balutan
mukena dan sejadah menjadi saksi air mata ini tumpah. Aku ingin menuntut Tuhan.
Apa yang salah dengan mimpi-mimpiku? Sehina itukah aku untuk menggapai
mimpi-mimpiku?. Pengumuman SNMPTN 2011 meski sudah seminggu yang lalu tetap
saja menimbulkan kecewa yang amat sangat. Dan di atas sejadah selepas isyalah
tempat aku menangis dan menanyakan “Apa
yang salah dengan mimpiku, Tuhan?!”
Aku
memang hanyalah gadis sederhana yang bisa dibilang mempunyai mimpi-mimpi yang
begitu muluk. Ah.. sudah mati rasanya hatiku ini, apabila mendengar cemoohan
dan rasa tidak percaya orang lain terhadap mimpi-mimpiku. Sudah tahan banting.
Aku tidak peduli dengan semua itu, yang kuingat selalu adalah melanjutkan
estapet mimpi Papa. Ya.. Papa dulu sangat menginginkan untuk melanjutkan
kuliah. Namun karena keterbatasan ekonomi mimpi itu hanyalah sebuah angan-angan
dari seorang anak semata wayang yang broken
home. Padahal Papa terbilang siswa yang cermelang.
Bagiku, Papa dan
Mama adalah segalanya. Apapun mimpi mereka akan aku coba untuk wujudkan. Akan
aku banggakan dan angkat derajatnya, baik di dunia maupun di akhirat. Merekalah
inspirator dan motivator sepanjang hidupku. Jadi ketika mimpi estapet ini tak
terwujud, bagaimana mungkin aku tidak kecewa dan marah terhadap Tuhan. Aku sempat
berpikir untuk mogok ibadah dan berteriak diam di atas sejadah pada-Nya.
Seminggu lebih aku berdiam diri dalam kamar, kecewa. Meski begitu, aku selalu
memunculkan wajah terseyum seperti biasa dan berpositive thinking di hadapan orangtuaku. Aku tidak ingin terlihat
lemah dan menyerah untuk mimpi-mimpiku dihadapan mereka.
Satu bulan lebih
cukup membuatku bosan dengan suasana ini. Sementara teman-temanku yang bernasib
sama denganku, memilih menyerah dan melanjutkan kuliah di tempat lain. Aku
mencoba bangkit dan menyusun rencana, aku butuh bimbingan belajar untuk SNMPTN
2012. Sempat mengutarakan keinginan ini pada orangtua, tapi justru orangtua
tidak ada biaya. Maka aku memutuskan untuk bekerja. Ada beberapa tawaran kerja
dari mbak-mbak yang kukenal. Baby sister,
pegawai toko dan sampai penjual es puter. Tak apalah kupikir, inilah pekerjaan
yang setimpal dengan ijazahku. Yang penting halal. Orangtua memberi izin untuk
bekerja sebagai penjual es puter yang diolah oleh temanku sendiri di suatu
organisasi remaja masjid.
Hari pertama
berjualan cukup membuat aku down juga
rupanya. “Ya Alloh.. siswa berprestasi nomor satu di sekolah.. seorang aktivis
organisasi.. jualan es puter?”. Aku malu. Ditambah lagi dengan ada beberapa
pembeli yang masih SD-SMP berkata, “Ayuk.. ayuk sudah nikah ya?”. DEG! Apalagi
ini? Aku hanya tersenyum kecut sambil tangan tetap menyedok es puter ke
gelas-gelas kecil. Hari-hari berlalu dengan kegiatan yang sama. Awalnya menahan
malu tetapi selanjutnya, aku mulai menikmati ini. Bahkan lewat ini aku, semakin
banyak memiliki waktu untuk membaca buku. Pernah dalam seminggu aku mampu
membaca 4-5 buku serius dan berat.
Ditengah-tengah
aktivitas berjualan itu, aku mendapat tawaran untuk menjadi relawan di BAZMA
(Badan Amil Zakat Pertamina) dan Rumah Zakat. Sebagi terapis dan guru mengaji.
Sehabis lelah berjualan es puter dari pagi hingga siang, sore harinya aku
mengajar mengaji di suatu dusun. Ini sangat mengobati harga diri. Ya.. telah
dibayar tuntas dengan kebermanfaatan diri. Aku semakin aktif di organisasi dan
semakin mengolah kreatifitasku dalam menghadapi anak-anak. Suara mereka yang
memanggil namaku lalu saling berebut untuk menyalimiku itu rasanya sungguh luar
biasa bahagia. Sedangkan kemampuan terapis sangat berguna bagiku untuk menjaga
kesehatan keluarga. Jadi dokter spesialis keluarga.
Menghadapi masyarakat secara langsung itu
sangat berbeda dengan teori-teori di sekolah yang idealis. Suasana bersaing dan
saling menjelekan di belakang sudah menjadi pemandangan umum yang aku lihat di
tempat berdagang. Dan bisa ditebak, aku anak bawangnya. Hanya mampu
senyum-senyum saat dijodoh-jodohkan dan pura-pura mendengar apabila pembicaraan sudah melenceng
ke arah ‘rumah tangga’. Cukup menjadi pendengar yang baik dan memetik pelajaran
kehidupan dari mereka.
Lima bulan
menjadi waktu yang cukup untukku mengumpulkan modal untuk biaya bimbingan
belajar dan hidup di Palembang. Aku berhenti bekerja sebagai penjual es puter,
dan mengambil cuti untuk menjadi relawan sebagai terapis dan guru mengaji. Ini
pertama kalinya aku berpisah lam dengan orangtua. Dua bulan. Maka perjuangan
selanjutnya anak mama ini akan segera dimulai. Dengan seorang sahabat
seperjuangan yang umurnya dua tahun lebih tua diatasku kami berangkat ke
Palembang dengan modal hidup pas-pasan. Menjadi parasit di kost-kostan teman.
Ini untuk yang kedua kalinya aku menahan malu lagi. Disindir oleh teman kostan
bahkan oleh ibu kostnya. Meski sempat ditawari Mama untuk ditambah uang agar
bisa menyewa sebuah kostan tetapi aku tolak. Biarlah ini menjadi konsekuen dari
pilihanku sendiri.
Alhamdulillah,
Tuhan itu Maha Baik, meski dulu aku pernah menuntut-Nya, di sini aku selalu
diberi kemudahan dan kekuatan. Saudari-saudari yang begitu baik dan dengan
senang hati menerima kami di kostannya. Dilayani dengan baik dan selalu disupport. Aku tidak akan melupakan
kebaikan mereka semua, terutama untuk si kembar. Maka perjuangan itu terasa
nikmat meski pulang pergi ke tempat bimbel berjalan kaki dari pagi hingga
magrib.
Tekanan mental
dan nyali ciut muncul saat di tempat bimbel. Ah.. juara satu umum di sekolah
itu rasanya tak ada arti apa-apa. Jangankan bersaing nasional, saat kuis saja,
nilaiku berada di urutan kedua paling akhir. Bukan hanya sekali tapi
berkali-kali. Dan itu ditempel di mading. Down.
Meski akhirnya aku sadar, sebagian besar teman di kelas saling bekerja sama
dalam mengerjakan kuis. Wajar nilai mereka bagus-bagus. Aku tetap dalam
prinsipku. Aku tidak akan tahu batas kemampuanku apabila aku berlaku curang.
Apapun bentuk kecurangannya. Meski nilaiku tak menjadi bagus-bagus amet tapi aku tahu kelebihanku dimana
dan bagaimana cara membuatnya unggul. Akhirnya, aku punya strategi versiku
sendiri untuk menghadapi SNMPTN 2012.
Semenjak itu aku
fokus lagi pada bimbelku dan hari ujianpun dimulai. Segala puji bagi-Nya, aku
lancar-lancar saja dalam ujian dan prediksiku aku masuk pada pilihan kedua.
Saatnya aku kembali lagi ke kampung halamanku. Kembali untuk aktivitasku dan
kembali untuk memenuhi undangan pernikahannya. Aku datang langsung pada akadnya
dan berdoa agar beliau lancar dalam mengucapkan akad. Hingga pernikahan itupun
sah.
Seminggu setelah
itu, pengumuman SNMPTN 2012 pun diumumkan. Sama seperti setahun dulu. Untuk
kedua kalinya aku masuk kamar dan menguncinya. Aku tenggelam dalam sujud panjang
ditemani air mata. Dan di sinilah aku sekarang memeluk mimpiku, di destinasi
pertama. Gerbang impianku. Segala puji bagi Alloh, Tuhan Semesta Alam, tempat
setiap hamba bergantung dan memohon pertolongan. Engkau yang memilikiku,
jadikan aku ridho dengan segala keputusanmu, sehingga aku tidak mempercepat apa
yang Kau perlambat dan memperlambat apa yang Kau percepat.
*PERJUANGAN DIMULAI!*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar